1.
KEJUJURAN
Dasar
setiap usaha untuk menjadi orang yang kuat secara moral adalah kejujuran. Tanpa
kejujuran kita sebagai manusia tidak bisa maju selangkah pun karena kita belum
berani menjadi diri kita sendiri.
Tanpa
kejujuran keutamaan-keutamaan moral lainnya juga akan kehilangan. Bersikap baik
terhadap orang lain tanpa kejujuran adalah kemunafikan. Begitu juga sikap-sikap
terpuji menjadi sarana kelicikan dan penipuan apabila tidak berakar dalam
kejujuran yang bening.
Bersikap
jujur terhadap orang lain berarti dua: pertama, sikap terbuka, kedua bersikap
adil atau wajar. sikap terbuka yang dimaksud yaitu kita selalu muncul sebagai
diri kita sendiri, sesuai dengan keyakinan kita. Dalam setiap sikap dan
tindakan kita memang hendaknya tanggap terhadap kebutuhan. Kedua terhadap orang
lain orang jujur bersikap wajar atau fair, ia memperlakukan menurut
stendart-standart yang diharapkannya di pergunakan orang lain terhadap dirinya.
Ia menghormati hak orang lain, ia akan selalu memenuhi janji yang diberikan. Ia
tidak pernah akan berindak bertentangan dengan suara hati atau keyakinannya.
Kita dapat
bersikap jujur terhadap orang lain, apabila kita jujur terhadap diri kita
sendiri dengan kata lain, kita pertama-tama harus berhenti membohongi diri kita
sendiri, kita harus berani melihat diri seadanya. Orang jujur tidak perlu
mengkompensasikan perasaan minder dengan menjadi otoriter dan menindas orang
lain.
Orang yang
tidak jujur senantiasa berada dalam pelarian, ia lari dari orang lain yang
ditakuti sebagai ancaman, dan ia lari dari dirinya sendiri karena tidak berani
menghadapi kenyataan yang sebenarnya. Maka kejujuran membutuhkan keberanian.
Apabila kita berani untuk berpisah dari kebohongan, kita akan mengalami sesuatu
yang amat menggairahkan, kekuatan batin kita bertambah. Meskipun lemah, kita
tahu bahwa kita kuat. Maka amatlah penting agar kita mulai menjadi jujur.
2. NILAI – NILAI OTENTIK
Otentik
berarti asli, manusia otentik adalah manusia yang menghayati dan menunjukkan
diri sesuai dengan keasliannya, dengan kepribadian yang sebenarnya. Sedangkan
manusia yang tidak otentik adalah orang yang seakan-akan tidak mempunyai
kepribadian sendiri melainkan terbentuk oleh peranan yang di timpakan kepadanya
oleh masyarakat.
Untuk
menguji keotentikan cita-cita perlu percobaan-percobaan, contohnya ia memasuki
lingkungan yang lain dengan nilai-nilai yang lain yang tanggung jawab dan
inisiatifnya di tantang dan di beri kesempatan untuk menunjukkan inisiatifnya
dengan tidak terlalu diatur dsb.
Tentu
nilai-nilai dapat berkembang. Orang harus mengerti apa yang sebenarnya di
nilainya tinggi dan apa yang sebenarnya tidak disukainya. Ia harus berani untuk
menunjukkan diri secara otentik terhadap lingkungannya. Jadi ia tidak lagi
menunjukkan diri sebagaimana ia mengira bahwa lingkungan mengharapkan ia
menunjukkan diri, melainkan sesuai dengan kediriannya yang sesungguhnya. Jadi
ia berani muncul di panggung masyarakat, ia sendiri, dan bukan jiplakan harapan
masyarakat yang sering sekali juga bukan harapan masyarakat, melainkan apa yang
dibayangkannya bahwa di harapkan masyarakat dari padanya.
3. KESEDIAAN UNTUK BERTANGGUNG JAWAB
Pertama,
berarti kesediaan untuk melakukan apa yang harus dilakukan dengan sebaik
mungkin. Bertanggung jawab berarti suatu sikap terhadap tugas yang membebani
kita. Karena kita terlibat pada pelaksanaanya, perasaan-perasaan seperti malas,
takut tidak mempunyai tempat untuk berpijak. Kita akan melaksanakan dengan
sebaik mungkin, meskipun di tuntut pengorbanan, kurang menguntungkan atau di
tentang orang lain. Tugas bukan hanya sekedar masalah tetapi tugas dapat kita
rasakan sebagai sesuatu yang mulia yang harus kita pelihara, kita selesaikan dengan
baik
Kedua,
sikap bertanggung jawab mengatasi segala etika peraturan. Orang yang
bertanggung jawab seperlunya akan melanggar peraturan kalau kelihatan tidak
sesuai dengan tuntunan situasi. Misalnya saja, seorang pembantu rumah tangga
berhak untuk pergi sesudah jam 18.00, tetapi tetap menjaga anak tuan rumah
sampai mereka pulang meskipu lewat jam 18.00
Ketiga,
dengan demikian wawasan orang yang bersedia untuk bertanggung jawab secara
prinsipsial tidak terbatas. Ia tidak membatasi perhatiannya pada apa yang
menjadi urusan dan kewajibanya, melainkan merasa bertanggung jawab dimana saja
ia di perlukan.
Keempat,
kesediaan untuk bertanggung jawab termasuk kesediaan untuk diminta, dan untuk
memberikan, pertanggung jawaban atas tindakan-tindakanya atas pelaksanaan tugas
dan kewajibannya.
Kesediaan
untuk bertanggung jawab demikian adalah tanda kekuatan batin yang sudah mantap.
4. KEMANDIRIAN
DAN KEBERANIAN MORAL
Kemandirian
moral berarti bahwa kita tak pernah ikut-ikutan saja dengan berbagai pandangan
moral dalam lingkungan kita, melainkan selalu membentuk penilaian dan pendirian
sendiri dan bertindak sesuai dengannya.
Kemandirian
moral adalah kekuatan batin untuk mengambil sikap moral sendiri dan untuk
bertindak sesuai dengannya. Mandiri secara moral berarti bahwa kita tidak dapat
“di beli” oleh mayoritas, bahwa kita tidak akan pernah rukun hanya demi
kebersamaan kalau kerukunan itu melanggar keadilan.
Sikap
mandiri pada hakekatnya merupakan kemampuan untuk selalu membentuk penilaian
terhadap suatu masalah moral. Kemandirian merupakan keutamaan intelektual dan
kognitif. Sebagai ketekatan dalam bertindak sikap mandiri di sebut keberanian
moral.
Keberanian
moral menunjukkan diri dalam tekat untuk tetap mempertahankan sikap yang telah
diyakini sebagai kewajiban, walaupun tidak disetujui atau secara aktif dilawan
oleh lingkungan.
Orang yang
berani secara moral akan membuat pengalaman yang menarik. Setiap kali ia berani
mempertahankan sikap yang diyakini, ia merasa lebih kuat dan berani dalam
hatinya, dalam arti bahwa ia semakin dapat mengatasi perasaan takut dan malu
yang sering mencekam dia. Ia merasa lebih mandiri. Ia memberikan semangat dan
kekuatan berpijak bagi mereka yang lemah, yang menderita akibat kezaliman
pihak-pihak yang kuat dan berkuasa.
5.
KERENDAHAN HATI
Kerendahan
hati tidak berarti bahwa kita merendahkan diri, melainkan bahwa kita melihat
diri seadanya. Kerendahan hati adalah kekuatan batin untuk melihat diri sesuai
dengan kenyataannya. Ia tidak mengambil posisi berlebihan yang sulit
dipertahankan kalau ditekan. Ia tidak takut bahwa kelemahannya ketahuan. Ia
sendiri sudah mengetahuinya dan tidak meyembunyikannya.
Tanpa
kerendahan hati keberanian moral mudah menjadi kesombongan atau kedok untuk
menyembunyikan. Orang yang rendah hati sering menujukkan daya tahan yang paling
besar apabila betul-betul harus diberikan perlawanan. Orang yang rendah hati
tidak merasa diri penting dan karena itu berani untuk mempertaruhkan diri
apabila ia sudah meyakini sikapnya sebagai tanggung jawabnya.
6. REALISTIK
DAN KRITIS
Tanggung
jawab moral menuntut sikap yang realistik. Apa yang menjadi kebutuhan orang dan
masyarakat yang real hanya dapat di ketahui dari realitas itu sendiri.
Sikap
realistik mesti berbarengan dengan sikap kritis. Tanggung jawab moral menuntut
agar kita terus menerus memperbaiki apa yang ada supaya lebih adil, sesuai
dengan martabat manusia, dan supaya orang-orang dapat lebih bahagia.
Prinsip-prinsip moral dasar ialah norma kritis yang kita letakkan pada keadaan.
Sikap
realistik tidak berarti kita menerima realitas begitu saja. Kita mempelajari
keadaan dan serealis-realisnya supaya dapat kita sesuaikan dengan tuntunan
prinsip-prinsip dasar.
Sikap
kritis perlu juga terhadap segala macam kekuatan, kekuasaan dan wewenang dalam
masyarakat. Kita tidak tunduk begitu saja, kita tidak dapat dan tidak boleh
menyerahkan tanggung jawab kita kepada mereka. Begitu pula segala macam
peraturan moral tradisional perlu disaring dengan kritis. Peraturan-peraturan
itu pernah bertujuan untuk menjamin keadilan dan mengarahkan hidup dalam
masyarakat kepada kebahagiaan. Tetapi apakah sekarang masih berfungsi demikian
ataukah telah menjadi alat untuk mempertahankan keadaan yang justru tidak adil
dan malahan membawa penderitaan.
Tanggung
jawab moral yang nyata menuntut sikap realistik dan kritis, pedomannya ialah
untuk menjamin keadilan dan menciptakan suatu keadaan masyarakat yang membuka
kemungkinan lebih besar bagi anggota-anggota untuk membangun hidup yang lebih
bebas dari penderitaan dan lebih bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar